Kamis, 26 September 2013

Campana

Campana (Latin = lonceng). Bunyi dentang lonceng sering menjadi penanda undang kepad seseorang atau sekelompok orang agar datang dan berkumpul di suatu tempat. Kehadiran Campana hendak menjadi dentang lonceng yang mengundang anak-anak Bunda Gereja bersama-sama memberikan perhatian kepada pelayanan dan persembahan diri bagi Allah.
SEMINARI MENENGAH SANTO PAULUS
Jl. Bangau 60, PALEMBANG

Salam Redaksi

Telah sekian lama tidak hadir di hadapan para pembaca, Campana kembali hadir dalam edisi pertama tahun ini. Majalah ini dimaksudkan sebagai sarana kehadiran Seminari di tengah umat., Harapannya bahwa Seminari akan menjadi bagian dari kehidupan umat beriman atau Gereja Katolik di mana pun.Itulah sebabnya sejak awal dipilih nama “Campana” (Latin = lonceng), yang mengandung harapan bahwa kehadiran Campana di hadapan pembaca seumpama dentang lonceng yang mengundang anak-anak Bunda Gereja untuk bersama-sama memberikan perhatian kepada pelayanan dan persembahan Gerejawi.

Senin, 16 September 2013

CERPEN: CINTA TAK TERBALASKAN

Senin, 29. September 2008 pada 16:23


Kembali jalan setapak itu kulalui. Harum semerbak bunga melati yang tersentuh embun pagi menelusuk hidungku. Kapling-kapling kehancuran hati mulai terpendam dalam keheningan. Semuanya telah terjadi. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi.
            Semua tak akan mengerti. Semua kebahagianku kini hanya kenangan. Kerikil-kerikil tajam harus kutempuh untuk mencapai tujuanku. Dalam perjalanan langkahku terhentak di sebuah pohon beringin yang rindang. Pohon itu kelihatan tenang menyimpan sejuta kenangan. Ia hanya menjadi saksi bisu atas pahitnya penderitaanku. Di bawah pohon itu aku duduk dan mengenang semua kejadian yang menggilas hidupku.
            “Jesika…Jesika… tunggu… !” teriakku seakan menyuruhnya berhenti. Ia berpaling dan bingung sendiri melihat tingkahku yang penuh semangat dan aneh. Aku berdiri disampingnya dan berjalan menuju pintu gerbang sekolah.
            Waktu itu kira-kira 10 menit lagi pukul tujuh. Kami duduk diserambi kelas tanpa berbicara sedikitpun. Aku hanya memandang wajahnya yang bersih, cantik, dan bercahaya. Aku begitu menyayangimu, kataku dalam benakku. Tapi, aku tak punya keberanian untuk mengungkapkannya.
            “Hi… pagi-pagi gini kok dah ngelamun?”
            “Nggak…nggak ada apa-apa kok…?
            “Jes, nanti siang kita pulang bareng, bolehkan?” kataku  dengan penuh keragu-
            raguan.
            Ia hanya membalas dengan senyuman. Aku tertegun seketika, berarti ia setuju.
            Teng…teng…teng…, lonceng sekolah berbunyi. Aku masuk ke kelas dan duduk di bangku paling depan. Sejak awal aku tahu mengapa hatiku selalu gelisah. Aku terus membayangkan apa yang akan terjadi. Mengapa aku tak berani mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada diriku. Sampai kapan aku harus menahan gejolak hati ini. aku tak bisa begini terus. Aku tahu dia juga memiliki perasaan yang sama seperti aku.

CERPEN: DI SANA MEREKA MERASAKANNYA

Senin, 29. September 2008 pada 16:29

Angin pagi yang sejuk dan terpaan bau-bauan yang segar dari rumput-rumput yang basah menyambut langkah Deva yang baru saja turun dari kamar tidurnya, ditambah suasana merdu burung pipit yang bersarang di pepohonan sekitar halaman asrama itu. Seperti biasanya, sebelum mandi Deva harus memulai senam sederhana dengan beberapa gerakan yang diciptakannya. Setelah cukup melenturkan yang semalaman kaku, barulah Deva bergegas ke kamar mandi.
            Dua tahun yang lalu, setelah Deva lulus dari SMP, ia memilih untuk tinggal di asrama melanjutkan masa pendidikannya di bangku SMA. Kini Deva telah memduduki dan melewati tahun kedua di asramanya dan juga di sekolahnya.


BAHASA LATIN: NIHIL SINE LABORE

BAHASA LATIN: NIHIL SINE LABORE

Senin, 29. September 2008 pada 16:38
            Familia humilia in vico parvo habitat. Haec familia duo filios habet. Filius primus, nomen tuum Willius, studiossimus est. Willius cotidie matrem suam in agro et in domo adiuvat et etiam Willius peritus discipline in schola est. Willius semper praemium magistro accipit. Willius fratrem parvum habet quem nomen tuum Saulus est.
             Saulus pigerrimus est, saepe in oppido ambulat et cibos dulcos emet. Ideo parentes cotidie gemunt quia Saulus semper pecuniam suam capit.
             Quadam die pater eorum morit quia scelus Saulus est. Willius tristissimus  est, quam pater eorum morit, Saulus scelerem non mutat. Willius semper Saulum admonet. Tandem Willius non scholam constitit ut Saulum constontat. Tamen mater sua factum Willii indignorat. Willius flet et factum suum paenetit.
             Tum Saulus tristiam Willi videt, deinde Saulus  etiam flet. Postea Saulus scelerem suum mutat. Saulus semper matrem suam orat, ut mater sua laetus sit et cotidie  Willium in agro adiuvat. Willius lateissimus est. Ideo Willius matri orat ut Saulus in scholam  vadat. Willius fratrem tuum admonet,” O, Saule impigrum te stude!”. Laetitia eorum ille tristiam mutat, quin mater eorum morit. Saulus et Willius tristissimus sunt.
             Nihil ab ers commetit. Tandem Saulus semper in scholam fadit et Willius semper in agro laborat.
             In delcana annos sequentis, Saulus et Willius divitem fiunt, quia Saulus medicum fit et eventus agri Willii semper bonus est.

Kosa Kata
Habitare          : tinggal
Habere 2         : mempunyai
Primus             : yang pertama
Gemere 3         : mengeluh
Emere 3           : membeli
Admonere 2    : menasehati
Cibus-i : makanan
Laetus-a-um    : gembira
Tristitia-ae       : kesedihan
Laetitia-ae       : kegembiraan
Cotidie                        : setiap hari
Nihil Sine Labora        : tiada satupun tanpa kerja berat
Orare               : memohon
Adiuvare         : membantu
Capere-cepi-captus ¾  : mengambil
Accipere-accepi-acceptus ¾ : menerima
Medicus-i        : dokter

Sabtu, 14 September 2013


SEMINARI MENENGAH CHRISTUS SACERDOS

KEUSKUPAN AGUNG MEDAN

1.      Alamat
A.    Alamat Seminari : Jln. Lapangan Bola Atas, 24 Pematangsiantar 21127 atau  P.O. Box 86 Pematangsiantar 21101
B.     Alamat Email : seminari.pematangsisantar@gmail.com
2.      Logo dan Motto Seminari
Ø  Huruf S Dan M : Seminari menengah
Ø  Tao : Salib Fransiskan. Walupun Seminari ini adalah milik Keuskupan tetapi karena para pendidik di Seminari ini pada awal dalam perjalanan sejarah adalah Fransiskan Kapusin maka salib Kristus Fransiskan ini muncul dan Kristuslah yang menjadi pelindung serta tujuan kehidupan Seminari.
Ø  Piala: piala ini adalah piala yang “diminum” Kristus lewat penderitaanNya dan piala inilah yang setiap kali dirayakan untuk mengenang Kristus yang mendirikan Sakramen Ekaristi yang senantiasa dirayakan dalam Perayaan Ekaristi dimana piala yang sama oleh Imam dipersembahkan kepada Allah.


3.       Motto Seminari Menengah CHRISTUS SACERDOS
Iuvante Deo Vincimus, artinya : “KarenaTuhan yang menolong, kita menang”

Selasa, 03 September 2013

Kegiatan seminari




Seminari Christus Sacerdos

“GOOO….OOLLL !!!!

Sabtu, 21. Maret 2009 pada 9:48 
Pada hari Senin tepatnya tanggal 9 Juni 2008, 15 kesatria dari Seminari akan memulai perjuangan live-in mereka melayani orang-orang cacat dan tua. Seorang dari ke-15 kesatria itu, berasal dari Tanah Karo. Namanya memang keren sama seperti orangnya. His name is Jeffrianus Ginting. Pasti anda mengenalnya bukan??? Jawab dalam hati anda.
            To the point aja yach!!!”
Aku bangun dari tidurku pagi itu, dan ikut dalam Perayaan Misa Perutusan Live in itu yang dibawakan oleh Pastor Ramli. Selesai Misa, kami sarapan dan pada pukul 09.00 Wib, kami mulai melakukan perjalanan menuju tempat-tempat yang telah ditentukan bagi kami masing-masing. Aku tidak sendirian. Aku ditemani oleh 3 orang Seminaris. Kami berempat ditempatkan di suatu Yayasan Tuna Netra yang ada di Medan. Lokasinya kami tidak tahu sama sekali.
Sesampainya di Amplas, Medan, kami berempat seperti orang-orang yang nyasar dan tidak ada tujuan. Tapi dengan penuh keberanian, kami bertanya kepada orang-orang yang  ada di Amplas itu. Untunglah mereka memberitahu letak Yayasan itu.
Pada pukul 14.00 Wib, kami tiba di yayasan itu. Aku membaca nama yayasan itu dan tertulis Yayasan Karya Murni Tuna Netra Medan Johor. Kami masuk ke dalam dan kami disambut dengan hangat. Dengan sambutan itu, akupun sah memulai kegiatan live- in-ku. Kegiatan itu berlangsung selama 2 minggu. Jadi, aku akan hidup bersama orang-orang yang tidak melihatku selama 2 minggu.
Setelah beberapa hari tinggal di sana, aku merasa mulai betah.